NewSkills dot Com sekarang memberi beberapa informasi yang di dapat dari website tetangga, yaitu surabayapost.
PROBOLINGGO - Objek wisata Gunung Bromo terus digerojok fasilitas
demi kenyamanan wisatawan. Sebuah rest area bakal dibangun di bekas
terminal mobil penumpang umum (MPU) di Dusun Cemorolawang, Desa
Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
“Dananya
sekitar Rp 966 juta bersumber dari ABPN. Tahun depan insya Allah sudah
bisa dinikmati wisatawan,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Kabupaten Probolinggo, Tutug Edi Utomo, Minggu (18/11)
kemarin.
Bakal lokasi rest area itu, kata Tutug, awalnya
terminal MPU. Akibat erupsi Gunung Bromo, terminal itu tertimbun
matrerial vulkanis sehingga tidak bisa berfungsi sebagai terminal. MPU
pun parkir di pinggir jalan di Dusun Cemorolawang, yang berdekatan
dengan Laut Pasir (Kaldera) Gunung Bromo.
”Bekas terminal itu
memang milik Pemkab Probolinggo, bukan termasuk zona Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru (TNBTS),” ujar mantan Kabag Kominfo itu. Dengan
demikian pemkab tidak perlu izin kepada Balai Besar TNBTS untuk
membangun rest area itu.
Dikatakan wajar kalau objek wisata
Bromo mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Sesuai Peraturan
Pemerintah (PP) 50/2001 tentang Rencana Induk Pengembangan Wisata
Nasional, taman nasional yang berbatasan dengan empat kabupaten
(Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang) menjadi kawasan strategis.
”TNBTS termasuk salah satu dari 15 objek wisata yang mempunyai daya
tarik wisata nasional,” ujar Tutug.
Karena itu Kementerian
Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif mengucurkan dana Rp 966 juta untuk
pembangunan sarana dan prasarana wisata di Kabupaten Probolinggo.
Wujudnya berupa rest area di Dusun Cemorolawang. ”Sejak awal kami memang
ingin menghidupkan lagi pusat souvenir dan cenderamata, selain sebagai
tempat istirahat yang nyaman bagi wisatawan,” ujar alumni Akademi
Wartawan Surabaya (AWS) itu.
Sehingga bangunan yang kelak
bernama Bromo Rest Area itu terdiri atas dua lantai. Lantai dasar
disekat-sekat untuk kios penjualan souvenir dan cenderamata. ”Lantai
atas merupakan ruang terbuka yang bisa digunakan cangkrukan bagi
wisatawan sambil memandang panorama Gunung Bromo,” ujarnya.
Biar
wisatawan lebih enjoy, rest area juga dilengkapi toilet dan fasilitas
internet. Toilet di kawasan Bromo tergolong minim, hanya ada di
hotel-hotel dan homestay.
Sebelumnya, Pemkab Probolinggo telah
membangun fasilitas pendukung wisata senilai Rp 400 juta di Dusun
Seruni, Desa Ngadisari. Hanya saja dana Rp 400 juta itu bersumber dari
APBD Kabupaten Probolinggo sendiri.
Fasilitas yang dibangun di kawasan di Puncak Seruni (Seruni Point) itu di antaranya, tempat duduk untuk menyaksikan panorama Gunung Bromo terutama saat sunrise. Juga kamar mandi dan kloset yang dilengkapi shower, serta tenda semi permanen untuk tempat berteduh.
Fasilitas yang dibangun di kawasan di Puncak Seruni (Seruni Point) itu di antaranya, tempat duduk untuk menyaksikan panorama Gunung Bromo terutama saat sunrise. Juga kamar mandi dan kloset yang dilengkapi shower, serta tenda semi permanen untuk tempat berteduh.
”Meski tidak semegah di
Pananjakan Point, kami berusaha melengkapi Seruni Point dengan sejumlah
fasilitas,” ujar Tutug. Material bangunan pun dipilih yang lebih alami
seperti batu alam, bukan keramik buatan pabrik.
Bahkan dua
tahun sebelumnya, Pemkab Probolinggo telah membangun Rumah Adat Tengger.
Letaknya sekitar 2 kilometer di bawah Seruni Point. Di tempat itu
wisatawan bisa menyaksikan rumah adat, menunggang kuda, hingga menikmati
nasi aron, makanan khas Tengger dari bahan jagung putih. isa
sumber:
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=c29bc540d22585cd4f2499360dc6ebb4&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc
Advertisement
EmoticonEmoticon