-->

hobi

free counters

stats

Followers

Wisata Probolinggo

- 11/08/2012 04:36:00 pm
advertise here
advertise here
Mengunjungi bumi Probolinggo saat ini ibarat menyusuri kembali perjalanan Hayam Wuruk lebih dari 500 tahun silam. Konon, menurut cerita rakyat, tak lama setelah Mahapatih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit berhasil menyatukan wilayah Nusantara di tahun 1357 Masehi, Raja Hayam Wuruk adalah orang pertama yang menjadi saksi atas keindahan panorama alam Probolinggo.

Lantaran kagum dan terpesona oleh keindahan panorama di sana, Hayam Wuruk sempat berlama-lama bercengkerama di tempat itu. Tempat Hayam Wuruk bercengkerama itu kemudian disebut sebagai prabu linggih, yang lambat laun mengalami perubahan lafal menjadi Probolinggo. Dan....starting point yang dipakai Songa Rafting salah satu yang disinyalir sering dipakai mandi Mahapatih Gadjah Mada.

Sungai Pekalen, terletak 25 km dari kota Probolinggo tepatnya terbentang di antara tiga kecamatan berturut-turut yaitu kecamatan Tiris, kecamatan Maron, dan kecamatan Gading. Bantaran sungai yang bisa diarungi berjarak 29 km yang terbagi atas 3 area. Dan Songa membagi paketnya menjadi 3 bagian ; Sungai Pekalen Atas berjarak 12 km, Sungai Pekalen Tengah berjarak 7 km, dan Sungai Pekalen Bawah berjarak 10 km.

Karakteristik sungai berbelok dan bertebing, Panorama alam yang indah, puluhan jeram (grade 2 s/d 3+) yang exotic dan menantang, kemegahan air terjun, dan kemolekan gua-gua kelelawar, serta masih ditemuinya beberapa satwa langka seperti burung elang, burung kepodang, monyet, biawak, linsang, tupai dll menjadi daya tarik tersendiri yang dapat Anda nikmati selama perjalanan.

Taman Wisata Probolinggo
01:39 | Author: Ryan Chrisandro
Kota Probolinggo yang di juluki sebagai kota mangga dan anggur ternyata juga memiliki sebutan lain sebagai kota "Seribu Taman". ini terlihat disekitar jalan trotoar terdapat taman - taman yang menghiasi pemandangan jalan. Suasana jalan pun tampak nyaman di pandang,dan probolinggo sebagai kota seribu taman mempunyai taman yang sangat menarik, taman yang terletak di jalan soekarno hatta ini dapat dijadikan tempat bersantai keluarga selain suasana taman yang rindang dengan pepohonan taman ini mempunyai fasilitas Panti Pijat, bagi anda yang kelelahan dengan aktifitas kesibukkan sehari - hari dapat mengunjungi tempat ini.

Wisata Religi Masjid Tiban


Masjid Tiban ini mempunyai Sejarah yang unik, Kabarnya Masjid Tiban yang terletak di Kelurahan Pilang ini dahulu merupakan masjid yang menjadi satu dengan Pulau Gili yang terletak di ujung Utara Pantai Kabupaten Probolinggo. Tapi sejarah ini ada yang membenarkan , kalau masjid tiban ini mempunyai cerita yang lain yaitu masjid tiban merupakan majid yang datang dari Yang Maha Kuasa.

Masjid Tiban Juga Mempunyai keunikan lain, dihalaman belakang Masjid Tiban ada sebuah batu untuk tempat bertapanya Syaeh Maulana, Dan juga di dekat Masjid ada sebuah sumur yang air sumurnya mempunyai banyak khasiat untuk penyembuhan segala macam penyakit. Bahkan ada juga yang menggunakannya untuk meminta jodoh, dengan cara air diminum dan dibuat mandi.

Di Masjid Tiban ini yang datang bukan hanya orang probolinggo saja, ada juga yang datang dari luar kota Probolinggo, bahkan dari luar pulau juga ada antara lain, Kalimantan, Sumatra, Maluku, Banten, mereka biasanya yang datang berkunjung pada malam Jum’at manis dan setelah Sholat, berzikir kemudian mandi dari air masjid Tiban tersebut.

Potensi Wisata Sunset Dan Sunrise


Pelabuhan Tanjung Tembaga yang terletak di kawasan kecamatan mayangan, memiliki pantai yang sangat menarik dengan keindahannya, di pelabuhan tersebut kita dapat melihat Matahari Terbit (Sunrise) dan Matahari terbenam (Sunset). Keindahan Pariwisata Sunset dan Sunrise yang dimilikki oleh pelabuhan kota Probolinggo tidak kalah jauh dengan pantai - pantai yang ada di pulau Bali.

Kita dapat merasakan betapa indahnya Pemandangan Sunset dan Sunrise di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo. Dan kita juga dapat mersakan betapa Kayanya pemandangan indah yang dimiliki oleh kota Probolinggo.

Di PelabuhanTanjung Tembaga kota Probolinggo juga memiliki Pasar ikan, setiap sore nelayan - nelayan yang baru singgah ke pelabuhan juga menyisihkan hasil tangkapannya untuk dijual ke pasar tersebut jadi anda dapat membeli ikan segar disana dengan harga yang cukup relatif murah.

Wisata Pantai Pasir Gili Ketapang


Gili Ketapang merupakan pulau yang indah. Terletak 5 mil lepas Pantai Utara Probolinggo. Butuh waktu 30 menit naik perahu motor dari pelabuhan Tanjung Tembaga kesana. Dibagian timur dan selatan pulau tersebut membentang pasir putih yang lautnya belum tercemar dan nampak kebiru-biruan. Saat laut tenang, pengunjung bisa melihat bunga karang yang indah dan berbagai jenis ikan hias berwarna-warni. Pulau seluas 68Ha dihuni 8000 jiwa, sebagian besar warganya Suku Madura dan hamper 90% menjadi nelayan yang menggantung hidupnya di langit.

Keunikan lain dari pulau ini adalah kepercayaan masyarakat setempat tentang asal-usul nama Gili-Keatapang, bahwa pulau ini mempunyai kekuatan ghaib yang bergerak lamban ke tengah laut. Semula pulau ini menjadi satu dengan daratan desa Ketapang Kecamatan Sumberasih. Ketika Gunung Semeru meletus terjadilah gempa bumi yang sangat dahsyat sehingga sebagian daratan desa ketapang terpisah ketengah sejauh 5 mil dari Kota Probolinggo. Sebagian daratan menjadi sebuah pulau yang bergerak. Oleh sebab itu masyarakat setempat menyebut pulau tersebut dengan nama “Gili-Ketapang” yang berasal dari bahasa Madura yang artinya “mengalir” adalah nama desanya.

Jajaran perahu nelayan yang tengah beristirahat menunggu waktu melaut dimalam hari menandakan 8000 jiwa penghuni pulau ini adalah keluarga nelayan. Bau khas ikan dijemur dan deru mesin perahu nelayan yang kadang berubah fungsi menjadi kapal penumpang mempertegas suasana perkampungan nelayan pulau itu.

Jika cuaca cerah dan angina tampak bersahabat, tampak bersahabat, jsa angkutan kapal nelayan itu selalu bersedia mengantar anda di kapal penumpang, logat osing (dialek bahasa madura) terdengar akrab ditelinga. Memang duduk menunggu diatas geladak perahu sambil berdesak-desakan merupakan hal biasa. Tapi jangan harap menikmati jasa perahu eksekutif.

Jika hari sedang ramai tak kurang tiap 15 menit kapal akan beranjak dari pelabuhan menuju pulau Gili. Setelah perjalanan kurang lebih 30 menit, anda juga akan menemukan keindahan pemandangan dasar laut yang tersaji begitu jelas di dasar perairan.
Misteri Gua Kucing

Meski kurang dikembangkan sebagai wisata layaknya pulau Seribu, ternyata pulau ini tetap menarik perhatian orang. Keberadaan Gua Kucing yang dikeramatkan menjadi sakah satu alasan bagi pengunjung untuk datang. Menurut cerita yang berkembang tempat ini sebenarnya merupakan petilasan Syech Ishap, dia adalah Penyebar Agama Islam, yang pernah singgah dalam perjalanan dari Gresik menuju Blambangan, Banyuwangi.

Mengapa dinamakan gua kucing?, konon karena di gua ini pernah disinggahi syech Ishap ini hidup bersama ribuan kucing. Konon juga salah satu kucing ada yang bertuliskan arab du kepalanya.

Ketika tokoh tersebut meninggalkan pulau ini, populasi kucing ikut berkurang. Anehnya setiap malam JUmat Legi suara “meong” terdengar disela-sela gua, namun setelah didekati, suara itu menghilang.

Selain gua, tentu anda dapat menyalurkan hobi memancing di sekitar perairan pulau. Kalu mau, anda bisa menyewa kapal nelayan sebesar 50 ribu untuk tiga sampai empat jam. Disana anda juga bisa membeli hasil tangkapan laut yang dijual penduduk pasar, untuk sekedar oleh-oleh.

Candi Jabung

Candi Jabung adalah Candi peninggalan dari kerajaan Majapahit yang terletak di desa Jabung Candi, kecamatan , Kabupaten Probolinggo. Berjarak hanya sekitar 5 km dari Kraksaan dan 500 meter sebelah tenggara kolam renang Jabung Tirta yang berada di pinggir jalan raya Surabaya - Situbondo.
Candi Jabung merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Probolinggo yang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton berada pada ketinggian 8 m dpl. Candi ini terbuat dari batu merah dengan ukuran, panjang 13,11 m, lebar 9,58 m dan tinggi 15,58 m. Sebelum dipugar areal candi ini seluas 35 x 40 m dan sekarang telah mendapat perluasan 20.042 m2.

Seperti bangunan candi umumnya Candi Jabung terdiri dari bagian subbasement, bagian kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Ditinjau dari sudut arsitektur Candi Jabung sangat menarik, karena bagian tubuhnya berbentuk bulat (silinder) yang berdiri diatas bagian kaki candi bertingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan bagian atapnya berbentuk stupa.

Letak pintu bilik candi berada disebelah barat, maka Candi Jabung menghadap ke barat. Pada sisi barat masih terlihat bagian yang menjorok ke depan merupakan bekas susunan tangga naik memasuki candi. Di sebelah Barat Daya halaman candi terdapat bangunan candi. Menara sudut di perkirakan penjuru pagar, fungsinya sebagai pelengkap bangunan induk Candi Jabung. Candi Menara sudut terbuat dari bahan batu bata, bangunan candi tersebut berukuran tiap-tiap sisi 2.55 meter, tinggi 6 meter.

Arsitektur Candi Jabung sangat menarik, mempunyai komponen berupa batur, kaki, tubuh dan atap, pada bagian tubuh bentuknya bulat (silinder segi delapan ) berdiri diatas bagian kaki candi yang betingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan pada bagian atapnya dagoda (stupa) tetapi pada bagian puncak sudah runtuh dan atapnya berhias motif sulur-suluran.

Di dalam bidik candi terdapat lapik area, berdasarkan inskripsi pada pintu masuk candi Jabung didirikan pada tahun 1276 c (saka) = 1354 Masehi masa kebesaran kerajaan Majapahit. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagara Kertagama dan Pararaton Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagara Kertagama candi Jabung di kunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhra Gundul salah seorang keluarga raja.

Di lokasi Candi Jabung anda bisa mengetahui sejarah seluk beluk Candi Jabung dari informasi yang terpampang di depan. laskan bahwa pada tahun 1978, kondisi candi tampak tak terurus, seluruh bangunan ditumbuhi pohon dan rumput liar. Baru pada tahun 1980 pemkab Probolinggo melakukan pemugaran umtuk merenovasi dan menggantikan bagian yang rusak. Baru pada tahun 1986 setelah pemugaran selesai, Candi Jabung sedah bisa dinikmati wisatawan.

Situs Candi

Situs terdiri dari dua bangunan utama yang terdiri atas satu bangunan besar dan yang satu bangunan kecil dan biasa disebut Candi Sudut. Yang menarik adalah material bangunan candi yang berupa batu bata merah berkualitas tinggi yang kemudian diukir dalam bentuk relief. Struktur bangunan candi yang hanya dari bata merah ini mampu bertahan ratusan tahun.
Wisata Seni Budaya

Gunung Bromo


Gunung Bromo merupakan salah satu tujuan wisata di Probolinggo. Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata. Apa saja keistimewaan Gunung Bromo?
Dingin, begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.

Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan

Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.
Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Kawah dan Lautan Pasir Bromo

Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.
Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.
Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.


Upacara Kasada


Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang.Nama Tennger Dikisahkan, konon ada sepasang suami-isteri bernama Jaka Seger dan Raya Anteng, yang disatukan dari identitas dan status sosial yang berbeda. Jaka Seger adalah seorang pemuda dari Tengger, sedangkan Rara Anteng adalah salah satu kerabat dari Keraton Majapahit.

Setelah beberapa tahun usia perkawinan, keduanya tidak kunjung dikaruniai keturunan. Keduanya lalu bersemadi dan memohon agar segera diberikan keturunan, disertai ikrar kepada roh penjaga Gunung Bromo bila doanya terkabul akan melakukan pengorbanan.
Permohonan tersebut ternyata dikabulkan, bahkan mereka dikaruniai keturunan berjumlah dua puluh lima orang. Untuk memenuhi janjinya, sepasang suami-istri itupun menyerahkan anam bungsunya bernama Dewa Kusuma untuk dikorbankan kepada roh Gunung Bromo.

Sepenggal kisah inilah yang menjadi asal-usul ritual Kasada, dan diperingati setiap tahun oleh komunitas Tengger (yang berarti pula anak cucu Rara Anteng dan Jaka Seger). Tidak lain tidak bukan, ritual ini diperuntukkan untuk mengenang pengorbanan yang dilakukan oleh Dewa Kusuma. Cerita mengenai Rara Anteng dan Jaka Seger dalam ritual Kasada biasanya disampaikan menjelang puncak perayaan Kasada, berupa larung sesaji secara massal di kawah Gunung Bromo.

Dari kisah Rara Anteng dan Jaka Seger inilah keseluruhan makna identitas Tengger selama ini dikonstruksikan. Hefner misalnya, dengan merujuk sumber-sumber dan catatan kolonial, menyatakan bahwa sebagian orang Tengger adalah orang-orang Majapahit yang mencari perlindungan dari serangan kerajaan Islam Demak. Perjumpaan dua “saudara” ini lalu dimaknai sebagai simbol pertemuan dua identitas yang mengharapkan kesuburan, kemakmuran, dan keberlangsungan rantai generasi mereka.

Pengorbanan Dewa Kusuma sebagai representasi leluhur Tengger juga menandai proses pemujaan terhadap arwah setiap leluhur Tengger yang telah meninggal. Biasanya pemujaan ini dihelat melalui ritual entas-entas, atau mengentaskan arwah leluhur yang telah meninggal agar memperoleh alam surgawi. Sementara Kasada lebih menekankan pada pengentasan arwah leluhur mereka, yang diritualkan secara massal.

Di kalangan dukun-dukun Tengger sendiri, makna Kasada memiliki versinya sendiri, walau secara “resmi” tidak menolak kisah Rara Anteng dan Jaka Seger. Menurut Mujono (Dukun Ngadas ,Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo), ritual Kasada menyiratkan banyak makna di antaranya untuk mengingat pengorbanan leluhur, dan persembahan terhadap Yang Maha Kuasa guna memperoleh berkah kesuburan dan perlindungan.

Namun demikian selain cerita legenda yang sebenarnya banyak memuat versi tersebut, ritual Kasada secara sosiologis sebenarnya juga menjadi momen perjumpaan. Sebab, melalui ritual Kasada seluruh warga Tengger dari empat Kabupaten yang mengiris wilayah dataran tinggi Tengger berkumpul bersama. Tepat tanggal 15 saat bulan purnama, warga Tengger dari Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang menyatu dan melakukan puja bakti di Poten yang terletak di pinggir kawah Bromo.

Rangkaian upacara yang rumit dan dilakukan secara massal inilah yang sebenarnya membuat daya tarik Kasada amat besar. Paduan antara keelokan Bromo dan keagungan tradisi wong Tengger memendarkan keagungan yang mengundang rasa takjub semua orang.

Karena itu rasanya tidak mengherankan, bila ritual Kasada juga dimaknai oleh berbagai pihak dengan cara yang berbeda-beda. Proses modernisasi dan realitas ekonomi dan politik mutakhir telah ikut meletakkan ritual Kasada dalam ruang baru dengan aneka makna dan tafsir bagi para “penikmatnya”. Nasib tak dapat ditolak, dalam ruang yang baru ini Kasada kini menjadi arena pertarungan berbagai kepentingan, dan perebutan berbagai makna yang mengiringi kehidupan komunitas Tengger.

Sumber Ekonomi

Selain memuat unsur sakral, ritual Kasada rupanya juga dimaknai lain oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengannya. Tidak bisa dimungkiri Kasada telah membawa berkah tersendiri bagi para dukun Tengger. Selain membuang sesaji berupa hasil bumi, hewan peliharaan, maupun uang di kawah Bromo, wong Tengger juga memberikan “sedekah” kepada dukun agar permintaan doanya melalui dukun dapat terkabul. Dengan demikian menjadi dukun di Tengger berarti juga membuka keuntungan ekonomi tersendiri.

Di pihak lain, bagi sebagian warga Tengger yang hidup serba terbatas dari segi ekonomi atau ingin menambah pendapatan, ritual Kasada merupakan peluang yang tidak boleh disia-siakan. Momen ini digunakan untuk berjualan, menyediakan jasa transportasi dan penginapan. Dan bagi yang tak cukup modal, biasanya mereka mengais rejeki dengan duduk di pinggir kawah Bromo menanti sesaji yang dilemparkan para pengunjung, mulai berupa hasil panen, hewan peliharaan, hingga recehan uang.

Rupanya bukan hanya warga Tengger yang memperoleh berkah rezeki dari ritual Kasada. Dinas Pariwisata bahkan secara aktif memanfaatkan momen perayaan Kasada sebagai lahan baru yang penting guna menambah pundi-pundi pendapatan asli daerah (PAD). Lalu disusunlah berbagai program paket wisata, yang sekarang ini sedang dicanangkan oleh keempat pemerintah kabupaten yang menaungi kawasan Tengger. Berbagai atraksi kesenian pun digelar mengawali ritual Kasada. Seperti reog dan kidungan, serta pameran hasil bumi.

Kuasa Politik

Kasada tampaknya memang bukan sekadar ritual biasa. Kini ia menjadi arena perebutan berbagai makna. Termasuk menjadi ajang perebutan prestise politik. Di Tengger yang menjadi bagian dari wilayah Probolinggo, selalu diadakan pelantikan sesepuh Tengger. Mereka yang dilantik adalah para pejabat pemerintah, bupati dan pejabat kedinasan di Jawa Timur. Jangan ditanya apakah para pejabat itu sebelumnya memahami tradisi Tengger atau tidak, karena rupanya kriteria itu bukan syarat utama.

Sebagian elit Tengger sendiri menjadikan pelantikan itu lebih sebagai momentum untuk merapatkan diri ke dalam barisan kekuasaan. Untuk apa lagi kalau bukan demi kue pembangunan yang dikucurkan di Tengger.

Praktik acara seperti ini menurut beberapa warga yang relatif tua, dilakukan sejak Golkar berjaya, kira-kira di era tahun 80-an pada masa keemasan rejim Orba. Demikian pula sebaliknya, bagi penguasa lokal, penegasan dirinya sebagai sesepuh Tengger adalah kesempatan untuk mendapatkan sokongan politik dan jatah jabatan. Dengan menjalin kontak dengan lingkaran kekuasaan kultural di Tengger, setidaknya menjadi modal sosial bagi penguasa lokal, sekaligus untuk memudahkan pengendalian politik jika sewaktu-waktu terjadi konflik sosial.

Berbeda dengan wong Tengger, dukun, maupun penguasa lokal, para pemuka agama formal juga memaknai Kasada secara lain. Pemuka Hindu seperti Sarmidi dan Bambang Soeprapto misalnya, memaknai Kasada sebagai pengamalan nilai-nilai yang diajarkan dalam Pancanyatnya. Salah satu prinsip Pancanyatnya adalah dewanyatnya, yakni memberikan penghormatan kepada dewa. Bagi keduanya, Nyatnya Kasada adalah penegasan atas nuansa kehinduan di Tengger. Meskipun pada akhirnya klaim inipun memperoleh sanggahan dari wong Tengger sendiri, seperti Ngatrulin.

Begitulah ritual Kasada di Tengger. Banyak pihak yang kini sedang “bermain-main” dan berusaha memaknai Kasada dengan versi dan kepentingannya sendiri. Pemerintah, kaum agamawan, pebisnis, masyarakat di sekitar Tengger hingga wong Tenger sendiri.

Walau begitu, sejauh ini perbedaan tafsir dan pemaknaan ini tidak begitu saja menggoyahkan integrasi wong Tengger sebagai saudara senasib. Ketenggeran sejauh ini masih menjadi pandanganwong Tengger. Walau secara spasial mengalami purifikasi, negosiasi, dan perebutan makna dari kekuatan modern yang mulai menggurita dalam kebudayaan Tengger.

Air Terjun Madakaripura

Wisata Gunung Bromo Masih mempunyai lagi satu tempat wisata menarik. Lokasinya tidak jauh dari lautan pasir gunung bromo hanya sekitar 45 menit ke arah utara untuk menuju tempat wisata ini.namanya adalah air terjun Madakaripura. Menurut penduduk setempat nama ini diambil dari cerita pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di air tejun ini. Cerita ini didukung dengan adanya arca Gajah Mada di tempat parkir area tersebut. Untuk mencapai tempat wisata ini tidak terlalu sulit. Sebaiknya kunjungan dilakukan bila kita akan ke Bromo dari arah Probolinggo dikarenakan searah dengan perjalanan atau saat berada di Bromo dan dilakukan pagi hari. Lokasi bisa dicapai dengan kendaraan pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa Panther Rp 150.000,- pp + supir, 12/2003). Jika kita datang dari arah Probolinggo maka sesampai di Desa Sukapura kita belok kanan., kita akan melewati jalan aspal dengan suguhan pemandangan pada bagaian kiri-kanan berupa gunung tinggi yang menyegarkan mata. Kurang lebih setelah sekitar 5 km melakukan perjalanan, kita akan bertemu dengan pintu masuk kawasan wisata air terjun Madakaripura yang ditandai dengan tempat parkir yang luas dan patung Gajah Mada. Disini, banyak penduduk lokal yang menawarkan diri menjadi 'guide' yang akan menemani sambil menceritakan sejarah objek wisata tersebut hingga kita balik lagi ke tempat parkir.
Selanjutnya kita harus berjalan kira-kira 15 menit, melewati jalan setapak terbuat dari semen yang berbatu sehingga kalau basah tidak akan licin. Saat berjalan kaki ini kita juga disuguhi pemandangan indah dan menyejukkan, di samping kanan kita ada aliran sungai berbatu-batu, di kanan kiri kita diapit tebing tinggi dengan pepohonan lebat beserta iringan kicauan burung dan derikan kumbang. Terkadang di beberapa bagian jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau ada bekas longsoran, meskipun demikian jalan ini relatif datar dan dapat dijalani dengan mudah, kalau kecapekan ada beberapa tempat di sepanjang jalan yang bisa digunakan untuk duduk-duduk beristirahat.
Saat tiba di lokasi air terjun kita akan bertemu dengan warung kecil, pos penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai, sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya. Di ujungnya, kita akan bertemu dengan sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter kira-kira 25 meter.
Berdiri di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras. Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kita betah berlama-lama memandanginya.
Untuk anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi obyek yang tidak habis-habisnya, mulai dari pintu masuk kedatangan hingga suasana air terjun yang seolah dalam tabung.
Beberapa orang di Probolinggo baik di hotel maupun di travel agent yang kami tanyai mengenai air terjun ini mengaku belum pernah berkunjung kesana. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk air terjun ini yang bila terjadi longsor atau banjir, maka kita yang berada di dasar tabung tersebut akan terperangkap. Sehingga berada di 'tabung' ini perasaan kita akan bercampur aduk antara kagum pada keindahan alam ini dan was-was. Melihat kondisi seperti ini jika diperkirakan akan terjadi longsor atau banjir, kawasan objek wisata Madakaripura ini akan ditutup untuk pengunjung.
Sesudah puas main air dan kedinginan, kita bisa menikmati minuman panas di warung dekat air terjun sebelum berjalan kaki lagi menuju tempat parkir. Secara umum tempat ini telah dikelola dengan cukup baik, dapat dicapai lewat jalan aspal yang mulus, jalan setapak yang nyaman, fasilitas umum seperti kamar mandi, mesjid dan tempat parkir. Namun kurangnya informasi mengenai tempat ini dan jaminan keamanan yang belum ada mengakibatkan jarang orang tahu dan mau berkunjung ke kawasan wisata ini. Dengan promosi yang cukup, pengunjung Bromo akan dapat menambah daftar tujuan wisatanya.amanya adalah air terjun Madakaripura. Menurut penduduk setempat nama ini diambil dari cerita pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di air tejun ini. Cerita ini didukung dengan adanya arca Gajah Mada di tempat parkir area tersebut. Untuk mencapai tempat wisata ini tidak terlalu sulit. Sebaiknya kunjungan dilakukan bila kita akan ke Bromo dari arah Probolinggo dikarenakan searah dengan perjalanan atau saat berada di Bromo dan dilakukan pagi hari. Lokasi bisa dicapai dengan kendaraan pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa Panther Rp 150.000,- pp + supir, 12/2003). Jika kita datang dari arah Probolinggo maka sesampai di Desa Sukapura kita belok kanan., kita akan melewati jalan aspal dengan suguhan pemandangan pada bagaian kiri-kanan berupa gunung tinggi yang menyegarkan mata. Kurang lebih setelah sekitar 5 km melakukan perjalanan, kita akan bertemu dengan pintu masuk kawasan wisata air terjun Madakaripura yang ditandai dengan tempat parkir yang luas dan patung Gajah Mada. Disini, banyak penduduk lokal yang menawarkan diri menjadi 'guide' yang akan menemani sambil menceritakan sejarah objek wisata tersebut hingga kita balik lagi ke tempat parkir.
Selanjutnya kita harus berjalan kira-kira 15 menit, melewati jalan setapak terbuat dari semen yang berbatu sehingga kalau basah tidak akan licin. Saat berjalan kaki ini kita juga disuguhi pemandangan indah dan menyejukkan, di samping kanan kita ada aliran sungai berbatu-batu, di kanan kiri kita diapit tebing tinggi dengan pepohonan lebat beserta iringan kicauan burung dan derikan kumbang. Terkadang di beberapa bagian jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau ada bekas longsoran, meskipun demikian jalan ini relatif datar dan dapat dijalani dengan mudah, kalau kecapekan ada beberapa tempat di sepanjang jalan yang bisa digunakan untuk duduk-duduk beristirahat.
Saat tiba di lokasi air terjun kita akan bertemu dengan warung kecil, pos penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai, sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya. Di ujungnya, kita akan bertemu dengan sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter kira-kira 25 meter.
Berdiri di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras. Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kita betah berlama-lama memandanginya.
Untuk anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi obyek yang tidak habis-habisnya, mulai dari pintu masuk kedatangan hingga suasana air terjun yang seolah dalam tabung.
Beberapa orang di Probolinggo baik di hotel maupun di travel agent yang kami tanyai mengenai air terjun ini mengaku belum pernah berkunjung kesana. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk air terjun ini yang bila terjadi longsor atau banjir, maka kita yang berada di dasar tabung tersebut akan terperangkap. Sehingga berada di 'tabung' ini perasaan kita akan bercampur aduk antara kagum pada keindahan alam ini dan was-was. Melihat kondisi seperti ini jika diperkirakan akan terjadi longsor atau banjir, kawasan objek wisata Madakaripura ini akan ditutup untuk pengunjung.
Sesudah puas main air dan kedinginan, kita bisa menikmati minuman panas di warung dekat air terjun sebelum berjalan kaki lagi menuju tempat parkir. Secara umum tempat ini telah dikelola dengan cukup baik, dapat dicapai lewat jalan aspal yang mulus, jalan setapak yang nyaman, fasilitas umum seperti kamar mandi, mesjid dan tempat parkir. Namun kurangnya informasi mengenai tempat ini dan jaminan keamanan yang belum ada mengakibatkan jarang orang tahu dan mau berkunjung ke kawasan wisata ini. Dengan promosi yang cukup, pengunjung Bromo akan dapat menambah daftar tujuan wisatanya.

Wisata Pantai Bentar
01:33 | Author: Ryan Chrisandro
Berjalan kaki ke tengah laut, agak aneh kedengarannya. Apalagi sambil bersenda gurau bersama keluarga, teman atau orang-orang dekat yang kita sayangi. Tapi angan itu akan terwujud jika Anda berada di Pantai Bentar Indah, Probolinggo. Obyek wisata pantai ini terletak di tepi jalan raya Surabaya-Banyuwangi, tepatnya di wilayah kecamatan Gending, 7 kilometer arah timur Daerah Tingkat II Probolinggo. Mengingat lokasinya yang strategis, tempat ini mudah sekali dijangkau.

Suasana kota mangga ini, kental terasa dalam perjalanan. Bukan hanya buah mangga manalagi saja yang khas dari kota ini. Kedai-kedai penjaja buah lain seperti semangka dan anggur akan Anda jumpai sepanjang jalan menuju pantai Bentar. Setelah 7 kilometer kelihatan sebuah bukit dengan ujung menyentuh jalan aspal mulus yang kita lalui. Di seberang dari bukit inilah pantai Bentar berada. Karena berlokasi di kecamatan Gending, ada juga yang menyebutnya pantai Gending.

Memasuki kawasan wisata Bentar, Anda akan langsung disambut dengan aroma panganan khas Jawa Timur seperti soto, rawon, sate gulai serta nasi pecel dan aneka makanan lainnya. Deretan depot atau warung-warung makanan bercampur kios-kios cenderamata ini menjadi pemandangan pertama yang akan kita lihat.

Area ini sekaligus sebagai tempat parkir bagi pengunjung. Selanjutnya dengan tiket masuk yang relatif murah, kita dapat memasuki area play ground. Tempat ini cocok untuk keluarga. Selain tempatnya yang luas dan rindang, tersedia juga pondok-pondok kayu untuk beristirahat sambil membuka bekal. Ayunan, jungkitan dan alat main anak-anak lainnya juga terdapat di sini. Di seputar area play ground, melingkar lintasan rel kereta api. Tentu saja kereta apinya kecil, favorit anak-anak.

Paling khas dan menawan dari wisata pantai Bentar ini adalah sebuah anjungan dari kayu yang teranyam apik menjorok ke tengah laut sejauh kurang lebih satu kilometer. Konstruksinya cukup kuat dan dirancang untuk dilalui pengunjung, seperti jembatan kayu yang kokoh.

Dulunya anjungan ini terbuat dari bambu, hanya menjorok tetapi tidak bercabang. Kemudian sekitar 1995 diganti materinya dengan kayu supaya lebih kokoh dan tahan lama. Anjungan ini berawal dengan tikungan yang elok di antara semak-semak pohon bakau. Akar-akar bakau menancap kuat di tepi pantai. Serombongan bangau sesekali terbang melintasi anjungan, sementara kelompok bangau lain tercecer di antara akar-akar bakau sambil mencari makan.

Panorama pantai Bentar lebih mirip sebuah danau yang menyatu dengan danau yang menyatu dengan lautan, karena memang nyaris tak ada ombak. Selain airnya tenang, kelihatannya memang wilayah laut dangkal. Di anjungan yang berupa geladak panjang ini terdapat persimpangan yang menuju arah lain, dan setiap ujungnya ditutup dengan bangunan berbentuk pendopo beratap genting. Pendopo ini berfungsi untuk tempat beristirahat sejenak sambil berteduh. Pendopo paling besar letaknya di anjungan paling ujung. Di sana terdapat beberapa perahu motor tradisional yang siap mengantar Anda melanjutkan perjalanan menyusuri laut lepas. Perahu ini menawarkan jasa menyeberangi laut menuju tampat keramba-keramba petambak ikan dan udang. Selain itu juga menyinggahi daerah pantai lain di sisi pantai Bentar.

Jika takut berlayar, menikmati panorama lepas pantai juga tak kalah menariknya. Dari ujung anjungan ini kita bisa memandang perahu-perahu besar kecil sedang berlayar. Banyak di antara pengunjung tak sekedar jalan di anjungan, mereka juga bisa sambil mengobrol, bercanda, berfoto, berkelakar di sepanjang anjungan juga di pendoponya.
Jika kebetulan Anda sedang melaju dari Jakarta-Surabaya-Banyuwangi menuju Bali atau rute sebaliknya, Pantai Bentar akan mengobati kepenatan Anda. Jangan lupa mencicipi kelezatan nasi.
Advertisement advertise here

2 comments


EmoticonEmoticon

My Adsense

 

Start typing and press Enter to search